UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER
TUGAS
SOFTSKILL
Bulan KE-4
(EMPAT)
Nama : Diky
Kristian
NPM : 1B114137
Kelas : 4KA48
Fakultas : Ilmu
Komputer
Universitas
Gunadarma
2015
Manusia
dan Kegelisahan
A. Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan berasal
dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau
merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti),
cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati
maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan
jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa
manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.Manusia suatu saat dalam hidupnya akan
mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan
untuk merasa bahagia.
Manusia selama ini
seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah
menyita waktu dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari
betapa mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita
sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita
melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan
dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap
kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda
dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan
bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam
pikiran yang tidak terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak
tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan
gejala universal yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat
diketahui dari gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi
tertentu. Jadi, kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi
dari perasaan tidak tenteram, khawatir,
ataupun cemas.
Kegelisahan hanya dapat
diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi
tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya,
misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala,
duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara,
dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah
kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara
definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang
diinginkan tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena
adanya keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal-hal yang akan datang
atau yang belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan,
atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan
pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi
kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau
takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber
kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa lapar,
haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya kegelisahan
karena diancam seseorang.
Penyebab lain
kegelisahan karena adanya kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan
mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah.
Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong
dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan
tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya
abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa
mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa
keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih
berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang
perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu
:
1. Kegelisahan Obyektif
(Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip
dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh
dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh : Tini
seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh
sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh
waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru
seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang air.
Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus
dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi
ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib
anaknya. Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang
diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam
anaknya.
2. Kegelisahan
Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini
berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara
alami ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya
yang akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya
kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan
para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang
harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah
ketika menunggu hasil ujian akhir.
3. Kegelisahan
moral
Kegelisahan ini mucul
dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam
ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini
timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau
tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka
melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu
adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka
tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya:
Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait
merasa gelisah.
B. Faktor Penyebab
Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah
kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga
atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang
ia muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan
dan berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir
hayatnya. Faktor penyebab kegelisahan antara lain:
a. Dari
Dalam
Faktor kegelisan dari
dalam diri seseorang antara lain:
1. Cinta
Diri
Kecintaan seseorang
terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan
dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam
penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri
adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri,
dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia
tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang
berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri
seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan
kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara
keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits
dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul
sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari
(mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang
was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya
bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila
menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat
Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai
macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat
menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat
menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan
mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari
dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu
merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu
adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas
tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu,
perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata
lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak
adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya
kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa
yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam
diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan
untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah
dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar
seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka
perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam
beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat
melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama
dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan
dimana anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti
perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta
berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya
kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari
satu orang kepada orang lain.
C. Cara
Mengatasi Kegelisahan
Cara yang digunakan
dalam mengatasi kegelisahan:
· Dengan
memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita
tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan
sebagainya.
· Kita
bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan
senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan
berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi
keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa
kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia
mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah
yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi
umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadaNya
D. Bentuk-bentuk
kegelisahan
Bentuk bentuk
kegelisahan antara lain:
a) Keterasingan
Keterasingan berasal
dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah
keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian
dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun
memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal
perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami
keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh : Murni
gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik
bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia
mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada
kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan
diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam keterasingan.
· Sebab
– sebab keterasingan
Bila kita memperhatikan
contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri,
karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup
terasing itu bersumber pada :
·
Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat,
antara lain mencuri, bersikap angkuh atau
sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi
orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita
ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak
antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran
seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif
seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku,
pemarah, dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah
sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan
mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu,
sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
·
Sikap rendah diri.
Sikap rendah diri
menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa
dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang
mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan
orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi
juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain
kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan
karena kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan
karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu
membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali
manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat
fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam
keterasingan.
b. Keterasingan
karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah
adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh
pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam
kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya
seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan
kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c. Keterasingan
karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang
merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan
pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan
orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya
menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin
bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar.
Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan tetapi, orang seperti itu
masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan akhirnya menjadi
bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa
berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu.
Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum
pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan
mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka.
Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan
karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup
dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat
orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn. Adi
terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa
Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar
berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita
itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak
pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
·
Takut kehilangan hak.
Contoh : Oyong
mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya
berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah,
akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing
dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan
karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan
hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang
melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.
·
Kerinduan.
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan
merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang
demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing,
kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
· Usaha-usaha
untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya
terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena
perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini
diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap
semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang
rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya.
Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan
itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya
menjadi biasa.
b) Kesepian
Kesepian berasal dari
kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan,
tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya.
Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi. Contoh :
1. Setelah
anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa
kesepian.
2. Setelah
tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut
keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3. Karena
pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan lebat,
maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang pernah
mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau
sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus
penyebabnya.
· Sebab-sebab
terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab
terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak
mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan
sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh : Pangeran
Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan,
keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan
diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke
hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita perhatikan
sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi
sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara
keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari
keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras
kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi
itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
c) Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal
dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa
yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat
pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan
oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran.
Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang
hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya,
misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan.
Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang
kehilangan induknya.
· Sebab
sebab ketidakpastian
Menurut Siti Meichati
dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak
dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan gejala
neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus,
biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab lain yang tidak
diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin
menjatuhkan dia. Contoh : Seorang pedagang yang maju pesat, pada
suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu
semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie adalah rasa
ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal
atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang
takut terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri
jalan mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi
ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya,
sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh :Keinginannya
mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat baginya,
dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
4. Histeria
Histeria ialah neurose
jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang
menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap
orang lain. Contoh : Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu
hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah
dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia
beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan pikiran yang
tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal
sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
· Delusi
persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya,
banyak orang menjauhinya.
· Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
· Delusi
melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya
kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan
ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum
pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi
tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan
pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi.
Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai
obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat
tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak
pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya
itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri). Contoh
: Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak
minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
7. Keadaan
emosi
Dalam keadaan tertentu,
seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai
keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing,
muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa
apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan
lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa
kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka
mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri.
Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau
menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah
diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita
perlu diajak ke psikolog.
Manusia
dan Harapan
A. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari
kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan
dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan
harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia
mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam
hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan – pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut
tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing
– masing. Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai
harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan
terkadang akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si
pungguk merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini
bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus
berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha
dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu
dapat terwujud.
B. Apa Sebab Manusia
Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya
manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam
suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota
masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah
– tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik /
jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup
berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan
hidup.
Dorongan kodrat, ialah
sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia
sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira,
berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia
mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kebutuhan
hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan
hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow
sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)
Kelangsungan hidup (survival)
b)
Keamanan (safety)
c)
Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)
Diakui linkungan (status)
e)
Perwujudan cita – cita (self actualization)
C. PENGERTIAN DOA
Menurut bahasa do'a
berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah
syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas
atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.1
Adapun lafadz do'a yang
ada dalam al Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, seperti firman
Allah: Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan
tidak memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian
make, kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau
Keluhan. Seperti pada firman Allah: Maka tetaplah demikian keluhan mereka,
sehingga kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak
dapat hidup lagi. (al Anbiya: 15).
3. Panggilan atau
seruan. Allah berfirman: Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang
yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat
mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling ke belakang. (ar- Rum: 52)
4. Meminta pertolongan.
Allah berfirman: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang at Qur'an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at
Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar. (al Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti
firman Allah: Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada
penjagapenjaga jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia
meringankan azab dari kami barang sehari." (al Mukmin: 49).
Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin
Sa'diy berkata: "Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada
selain Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." 2
Adapun perbedaan antara
kedua macam do'a tersebut adalah:
Do'a masalah
(permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari
kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi
tiga:
a) Permintaan yang
ditujukan kepada Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala. -red.
vbaitullah)
b) Permintaan yang
ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan
permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau
tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
c) Permintaan yang
ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa
dilakukan, seperti meminta prang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau
membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
Do'a Ibadah maksudnya
Semua bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah balk lahiriah
maupun batiniah, karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya shalat,
puasa, Haji dan sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha
Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.
D. Kepercayaan
Kepercayaan berasal
dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan
adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :
Ia tidak percaya pada
diri sendiri.
Saya tidak percaya ia
berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
Bagaimana juga kita
harus percaya kepada pemerintah.
Kita harus percaya akan
nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai
kalimat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu
adalah kebenaran.
E. Berbagai Kepercayaan
Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan
adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri
sendiri
Kepercayaan pada diri
sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada
hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri,
menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang
diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada
orang lain
Percaya kepada orang
lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya,
perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan
yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada
pemerintah
Berdasarkan pandangan
teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna,
negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa
manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua
adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi,
yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih
oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis
mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat.
Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas
adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang.
mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan
(totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu
disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia
perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik
teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu
benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia
sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada
Tuhan
Kepercayaan kepada
Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan
dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan
dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan
tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana
Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan
kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya
kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan
dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu
menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi
yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya
tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Usaha-usaha
Meningkatkan Percaya pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan
ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan
kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka
menolong, dermawan, dan sebagainya.
• mengurangi nafsu
mengumpulkan harta yang berlebihan.
• menekan perasaan
negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
Sumber :
http://sukasukariska.blogspot.com/2015/06/tugas-ilmu-budaya-dasar.html?m=1