senjata biologis bahaya dan larangan penggunaanya.
kasus bioterorisme di Amerika sebagai kelanjutan dari serangan teror 11 November terhadap dua menara kembar World Trade Center di New York. Modus bioterorisme itu adalah dengan pengiriman surat yang diisi oleh spora bakteri Bacillus anthracis. Kasus di Amerika itu telah memakan beberapa orang korban tewas. Artikel ini di tulis bertujuan untuk menginformasikan tentang senjata biologis (biological weapon/bioweapon) dan larangan penggunaannya.
Senjata biologis dan bioteknologi
Senjata biologis sering disebut juga sebagai “senjata nuklir orang miskin” (Gould, 1997). Kenapa di bilang senjata nuklir orng miskin karna dalam pembuatanya biaya dan teknologinya cukuprendah di banding nuklir dan kimia, tapi senjata ini efeknya tidak seperti tkniloginya yang rendah efek penghancyran massanya takkalah hebat dengan senjata pemusnah missal lainnya walau dengn teknologi yang rendah. Menurut perhitungan Office of Technology Assessment di Konggres Amerika pada tahun 1993, 100 kg spora Bacillus anthracis yang disebarkan di atas ibukota Washington bisa menimbulkan korban 3 juta jiwa.
Dan senjata ini juga memiliki banyak jenisnya, karna senjata ini di buat dengan agen hayati seperti virus dan bakteri, dan ragamnya akan selalu bertambah sesuai dangan munculnya berbagai macam penyakit infeksi fatal baru seperti virus ebola, virus lassa dll, bahan yang di gunakan cukup mudah di temukan di alam, Bacillus anthracis, penyebab penyakit anthrax adalah pilihan utama dan telah terbukti dipakai dalam kejadian di Amerika baru-baru ini maupun coba dibuat di Rusia serta Irak. Selain itu, bakteri yang mematikan dan tercatat sebagai agen senjata biologis adalah Clostridium botulinium yang racunnya menyebabkan penyakit botulism, Yersinia pestis penyebab penyakit pes dan masih banyak lagi
Ada ancaman yang lebih berbahaya lagi dari senjata biolagis ini yaitu senjata biolagis yang agennya telah di rekaya sehingga kebal akan antibioticka, lebih mematikan dan mengerikan Sifat seperti ini biasanya hanya ditimbulkan oleh kumpulan gen sederhana atau bahkan gen tunggal, sehingga mudah dipindahkan dari satu jenis bakteri ke bakteri lain. Biopreparat, jaringan instalasi pembuatan senjata biologis di Rusia, dikabarkan telah merekayasa bakteri penyebab pes dengan resistensi terhadap 16 jenis antibiotika.
Metode rekayasa lain yang memungkinkan adalah dengan teknologi yang disebut “evolusi yang diarahkan” (directed evolution). Metode initelah di kembangkan pertama kali pada tahun 1994 dan di plopori oleh Dr. Willem Stemmer peneliti perusahaan bioteknologi, maxigen yang berada di kota redwood, California. Metode yang di gunakan adalah DNA shuffling atau penukaran fregmen DNA secara acak, itu hanya percobannya saja dan kali ini di kembangkannya lagi ke level yang lebih tinggi, yaitu kumpulan gen sampai genom. bakteri Escherichia coli yang memiliki resistensi terhadap antibiotika Cefotaxime, 32 ribu kali lebih tinggi. Pengetahuan saat ini terhadap sekuen lengkap genom berbagai bakteri patogen seperti penyebab TBC, kolera, lepra dan lain-lain, akan lebih memudahkan rekayasa bakteri dengan daya bunuh yang lebih hebat, menggunakan metoda ini.
larangan penggunaan senjata biologis
Dimulai sejak Geneva Protocol tahun 1925 melarang penggunaan senjata biologis, tetapi keadaannya yang kita lihat masih saja pengembangan senjata biologis masah tetap berlanjut, contohnya penggunaan senjata biologis oleh tentara jepang pada perang dunia ke-2 di cina, disepakati perjanjian Biological and Toxin Weapon Convention (BTWC) yang disponsori oleh PBB pada tahun 1972. Sampai saat ini tak kurang dari 140 negara telah menandatangi perjanjian ini, termasuk Indonesia, Amerika, dan Rusia.
Di lain pihak, Amerika tengah memperkuat kesiapan di dalam negeri terhadap serangan senjata biologis. Terungkapnya program rahasia Rusia dan Irak serta pembuatan dan penyebaran bakteri Bacillus anthracis oleh aliran agama sesat Aum Shinrikyo di Jepang tahun 1995, telah memicu hal itu. Tahun 1999, Konggres Amerika telah mengalokasikan dana 111 juta dolar bagi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk memperkuat sistem pendeteksian dini dan pengobatan terhadap bahaya senjata biologis (Khan, 2000). Berkaitan dengan itu pada bulan April 2000, CDC telah mengeluarkan rekomendasi untuk langkah-langkah strategis menghadapi serangan senjata biologis dengan membentuk jaringan laboratorium di seluruh Amerika. Tidak hanya pada tingkat rakyat sipil, Amerika juga telah mempersiapkan diri pada kekuatan militernya. Misalnya dengan pemberian vaksin anthrax pada seluruh personel militernya (Fidler, 1999).
Akhirnya pengawasan BTWC akan dilakukan pada pertemuan 5th Review Conference di Jenewa, Swiss pada tanggal 19 November – 7 Desember 2001 yang lalu, gagal. Menurut Presiden dari Konferensi tersebut, Tibor Toth dari Hungaria, sebenarnya sudah 98% jalan menuju penandatangan BTWC dilalui dengan mulus. Banyak pihak, menilai penolakan Amerika adalah penyebab utama kegagalan ini. Pada akhirnya diputuskan untuk mengundur kesepakatan setahuan lagi.
Kesimpulan
Selama ada niat baik tidak sulit mencari jalan tengahnya, Misalnya, industri kimia terbukti telah bisa mengatur antara peraturan inspeksi dengan kepentingan rahasia dagangnya sehingga perjanjian pelarangan senjata kimia, Chemical Weapons Convention (1993) dapat berfungsi dengan baik. bahkan penasihat pemerintah untuk senjata kimia dan biologis, Professor Matthew Meselson dari Harvard University mengingatkan penolakan sepihak Amerika itu yang dapat ditangkap sebagai usaha menyembunyikan sesuatu (jurnal Nature, Juli 2001). Kita semua berharap semoga kejadian akhir-akhir ini mengingatkan kembali kepada bahaya senjata biologis.

Categories:

Leave a Reply